Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Buaya Putih Pelindung Desa

Buaya Putih Pelindung Desa...
Ini monumen buaya putih di Kedungsari. Monumen Buaya. Apa hubungannya. Yaaa ini berhubungan dengan kepercayaan orang sekitar bahwa penunggu desa ini adalah Buaya putih yang mengamankan desa dari mara bahaya..kriminal,,bencana dan lainnya.

Itu kepercayaannya. 

Saya coba telusuri dari catatan Pendeta W.R. van Hevell 1847 mengatakan saat itu mulai diobok-oboknya sungai Kadiri----Sekarang Sungai Brantas. 

Kok diobok-obok yaah...

Iyah..dimulainya industrialisasi gula besar-besaran, Sungai Kadiri/Brantas dulunya selebar 3km disempitkan menjadi hanya seratus an meter seperti sekarang ini. Hah...kata siapa Sungai Kadiri (sekarang namanya Brantas) lebarnya 3km??

Kata Prasasti Canggu 1280 Saka (1358 M)....juga kata Peta VOC karya VOC François Valentijn 1724-1726....itu saya posting juga peta VOC yang menggambarkan lebarnya sungai Kadiri (brantas) waktu itu. 

Naah....pada 1847 an... Sungai BRantas mulai dibuat. Dibuat dalam artian yang berkelok-kelok mulai diluruskan agar pengairan kebun tebu dapat terpenuhi. Sungai yang lebar dipersempit dan ditinggikan. 

Penyempitan sungai dilakukan dengan cara kerja rodi. Daaan dilakukan juga kan tanam paksa. Jadinya keadaan perekonomian saat itu sangat mengerikan. Mengakibatkan banyak kriminalitas untuk bertahan hidup. Sementara polisi hanya mengamankan daerah kota dan daerah berharga belanda saja..

Teruuuss....Proyek menyempitkan sungai ini terjadi di banyak tempat..kan seperti di peta itu luaas dan melewati banyak daerah. Salah satunya yang terkena adalah Daerah Kedungsari Kemlagi ini. Sungai disempitkan..otomatis juga merusak flora dan fauna di sekitar ini karena habitatnya dirusak. 

Naah....Buaya putih ini termasuk. Duluu banyak buaya di daerah ini. Makanannya kan ikan. Ikan di daerah sini banyaaak jadi predator juga banyak dan gemuk. Terus..habitatnya dirusak...mulailah di daratan dengan memangsa hewan peliharaan bahkan manusia.

Sampaaaiii.... Ada pelaku kriminalitas. di daerah dusun kemiri dan kedungsari. Pelaku dengan modus gangsir...Gangsir ini adalah menggali tanah untuk melewati dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu (gedheg). Setelah rumah berlubang, pencuri masuk...diambillah harta tuan rumah..

Ini juga seperti itu...lalu ketahuan dan dikejar massa....

Mallllliiiiiiiiing!!!!!! Ton tonhg tong tong..Kentongan dipukul dan semakin banyak yang mengejar...Sang kriminal melarikan diri ke daerah sungai....bersembunyi...

daaaan....

"HAP..HAP...HAP!!"
"Huaduuuh!" Terdengar suara mengaduh dari  kejauhan. 

Ternyata..sang pencuri mati karena dimangsa buaya putih. Buaya putih ini Buaya endemik brantas yang kelainan genetis (albino) habitatnya terganggu..kan Kedungsari aslinya adalah sungai Kadiri ..karena dikeringkan, jadilah sebuah desa...

dan sang buaya terganggu hidupnya..bertahan hidup dengan memakan apa saja yang di dekatnya...kok kebetulan sang kriminal ini mendekati dia..ya HAP!!!!!

Nah...sejak saat itu..daerah ini amaaan damai sejahtera. Karena tidak ada lagi kriminal. Takut akan dimangsa buaya putih penjaga desa ini. Kepercayaan penduduk sekitar menjadikan sang buaya putih ini pahlawan. 
Apalagi...banjir sering terjadi (peninggian tanggul baru dilakukan setelah merdeka)..sebelum banjir, buaya putih ini sering muncul sehingga kalau Buaya Putih muncul, berarti memberi tahu akan mara bahaya banjir...
Jadilah cerita kepahlawanan lagi....Penduduk menamakan buaya putih ini Cik Soro....

Sampai sekarang kepercayaan ini masih berlaku di daerah ini dan dibangunlah monumen ini......Gituuu ceritanya.....

Saya hanya mengambil cerita dari catatan yang ada yaah....ada banyak versi tentunya. Bagaimana cerita Anda??

By Firitri

Post a Comment for "Buaya Putih Pelindung Desa"